Sunday, 13 Oct 2024
Opini

” Menerawang ” Pendidikan Masa Depan

Penulis adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Gunung Maddah Sampang

Penulis adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Gunung Maddah Sampang

*Oleh Abdul Hayyi

kemenagsampang.com- Kedahsyatan perkembangan teknologi membuat sistem pendidikan harus merubah polanya. Dengan penggunaan teknologi yang tepat, bisa menjadi keuntungan dalam pembelajaran. Namun demikian, dampak teknologi sebagian besar masih dirasa merugikan sampai saat ini. Ada sebuah meme yang sering beredar di beberapa media sosial, yang barangkali mungkin membuat sedikit “tersinggung” beberapa guru, termasuk saya. Bunyi meme itu adalah sebagai berikut:

"Jika anda menjadi guru hanya sekedar mentransfer pengetahuan, maka ada saatnya anda tidak akan dibutuhkan lagi. Karena nyatanya google lebih cerdas dan lebih tahu banyak hal daripada Anda! Namun, jika Anda menjadi guru yang juga mentransfer adab, akhlak, ketaqwaan dan keikhlasan anda akan selalu dibutuhkan. Karena google tak memiliki itu semua!"

Meme tersebut sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Peran guru dalam mentransfer pengetahuan masih sangat dibutuhkan. Memang teknologi mengubah dunia di sekitar kita dengan cepat. Bahkan banyak orang khawatir bahwa teknologi akan menggantikan peran guru. Teknologi mungkin “mengambil alih” banyak tugas dan kemampuan para guru. Masalahnya adalah: Pendidikan tidak akan pernah hilang. Tetapi di masa yang akan datang, sistem pendidikan akan berubah bentuknya. Menurut saya perubahan bentuk itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, soal waktu dan tempat. Peserta didik akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu yang berbeda di tempat yang berbeda. Keberadaan teknologi dapat menjadi fasilitator untuk pembelajaran jarak jauh dan mandiri. Ruang kelas akan dibalik, artinya bagian teori dipelajari di luar kelas, sedangkan bagian praktik diajarkan secara tatap muka.

Kedua, personalisasi sistem pembelajaran. Peserta didik akan belajar dengan alat belajar yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Artinya, siswa di atas rata-rata akan ditantang dengan tugas dan pertanyaan yang lebih sulit ketika level tertentu tercapai. Peserta didik yang mengalami kesulitan dengan suatu mata pelajaran akan mendapatkan kesempatan untuk berlatih lebih banyak sampai mereka mencapai tingkat yang dipersyaratkan. Maka penerapan pembelajaran dengan sistem SKS menjadi sebuah pilihan dengan sistem ini. Siswa yang cerdas dan dengan kemauan yang sungguh-sungguh bisa lulus lebih cepat.

Ketiga, soal kebebasan untuk memilih. Meskipun setiap mata pelajaran yang diajarkan bertujuan untuk tujuan yang sama, cara menuju tujuan tersebut dapat berbeda-beda bagi setiap peserta didik. Begitulah konsekuensi dari pembelajaran virual berabsis teknologi. Peserta didik dapat bebas memilih dan menggunakan alat yang mereka perlukan, sesuai dengan keampuan mereka masing-masing, termasuk kemampuan membeli alat tersebut. Siswa akan belajar dengan perangkat yang berbeda. Ini kedengaranya memang begitu ekstrim. Tetapi inilah sebuah konsekuensi nyata yang sering kita dengar. Ada beberapa siswa yang mengeluhkan tidak bisa membeli HP. Tetapi bagi orang tua yang berkecukupan, putra-putrinya pasti disediakan perangkat yang memadai.

Keempat, praktik lapangan. Karena teknologi dapat memfasilitasi lebih banyak efisiensi dalam domain tertentu, kurikulum masa depan harus memberi ruang bagi peningkatan keterampilan yang membutuhkan interaksi tatap muka. Dengan demikian, sekolah harus memberikan lebih banyak kesempatan bagi peserta didik untuk memperoleh keterampilan dunia nyata. Artinya, kurikulum harus menciptakan lebih banyak ruang bagi siswa untuk magang.

Kelima, penggunaan komputer. Kita tahu matematika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang “menakutkan” bagi peserta didik. Ke depan, komputer bisa jadi alat bantu yang efektif mengatasi persoalan ini.

Keenam, perubahan bentuk uji kompetensi. Karena pembelajaran akan lebih bersifat peningkatan keterampilan, maka ujian dalam bentuk seperti tanya jawab menjadi tidak relevan, atau mungkin tidak cukup. Ujian yang saat ini digunakan untuk mengukur kemampuan teoritis dan hafalan, tidak akan bertahan lama di memori peserta didik. Hal ini menjadi kekhawatiran banyak orang bahwa hal tersebut tidak secara valid mengukur kemampuan peserta didik saat mereka memasuki dunia kerja. Oleh karenanya, bentuk ujian yang paling relevan adalah laporan proyek ketika mereka praktik lapangan.

Beberapa hal tersebut di atas adalah kemungkinan-kemungkinan yang aka terjadi dalam sistem pendidikan di masa mendatang. Pembelajaran berbasis digital merupakan sebuah tuntutan. Guru dan semua pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan harus betul-betul mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan ini. Dulu, tahun 2009 saat penulis masih di bangku kuliah S2, para dosen mengingatkan bahwa berdasarkan analisis yang dikembangkan oleh pelaku pendidikan barat, kelak pembelajarn online akan menjadi tren pendidikan masa depan. Kami menganggap hal itu sebagai sebuah lelucon. Nyatanya hari ini Pembelajaran online telah beralih dari sekedar lucu menjadi pilihan yang harus dilaksankan. Wallahu a’lam bisshawab.

Post Comment