kemenagsampang.com -Pembiasaan berperilaku toleran mulai dini bagi peserta didik di sekolah merupakan salah satu cara merawat persatuan dan kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Hal ini merupakan investasi penting mengingat negara kita berpenduduk sangat plural, multikultural, dan majemuk dengan tingkat keragaman yang tinggi. Keragaman tersebut terlihat dari suku, bahasa, tradisi, adat istiadat dan budaya masyarakat indonesia, juga agama yang dipeluk oleh penduduknya. Ada 6 (enam) agama yang disahkan oleh negara.
Keragaman tersebut di samping bisa menjadi kekuatan, juga bisa menimbulkan gesekan yang menyebabkan keretakan hubungan bila tidak dimanage dengan baik. Hal ini rentan terjadi mengingat masing-masing pemeluk agama mempunyai klaim atas tafsir kebenaran agamanya, bahkan klaim kebenaran atas tafsir agama tersebut juga terjadi di dalam kelompok-kelompok yang ada dalam suatu agama.
Karena itu, permasalahan yang harus dipecahkan adalah How to manage diversity (bagaimana memanage keberagaman). Salah satu solusi program yang ditawarkan adalah dengan mengadakan School Religious Culture (SRC) Moderasi Beragama. Sekolah yang berbudaya agama yang toleran, damai, dan harmonis antar umat beragama.
Hal ini disampaikan oleh Pengawas PAI Kemenag Sampang Syamsul Arif saat melakukan pendampingan di SMAN 1 Ketapang Sampang, Kamis (05/09/2024).
Menurut Syamsul Atif, program Sekolah berbudaya Agama subtansi utamanya adalah membentuk peserta didik yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Ssementera Sekolah Moderasi memastikan semua warga sekolah perilaku dalam beragama bersifat moderat yang menginternalisasi 4 pilar moderasi yakni; komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi dan adaptif terhadap budaya lokal.
“ Untuk itu kami mendampingi dan ingin memastikan program program itu berjalan di SMAN 1 Ketapang “ ucapnya.
Kepalan SMAN 1 Ketapang, Sulaiman menerangkan bahwa pihaknya sudah melaksanakan aneka kegiatan sebagai bnetiuk implementasi dari program SBR dan SMB. Diantaranya; Kajian taklimul mutaallim berbahasa Madura sebagai konsekwensi perbaduan program SBR dan SMB adaptif budaya lokal, senandung pagi, istighosah jum’at dan program tahfid
“ Untuk kegiatan SMB yakni pemilihan ketua osis secara demokrasi, deklarasi sekolah anti bullying, ketertiban upacara dan masih banyak lagi “ lanjutnya.
Ia menuturkan Kegiatan-kegiatan tersebut semuanya subtansi tujuan utamanya adalah membentuk pribadi peserta didik yang berakhlakul karimah dan berperilaku moderat
"Kami ingin mencetak siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak yang baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial," tutupnya
Pembiasaan berperilaku toleran mulai dini bagi peserta didik di sekolah merupakan salah satu cara merawat persatuan dan kesatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Hal ini merupakan investasi penting mengingat negara kita berpenduduk sangat plural, multikultural, dan majemuk dengan tingkat keragaman yang tinggi. Keragaman tersebut terlihat dari suku, bahasa, tradisi, adat istiadat dan budaya masyarakat indonesia, juga agama yang dipeluk oleh penduduknya. Ada 6 (enam) agama yang disahkan oleh negara.
Keragaman tersebut di samping bisa menjadi kekuatan, juga bisa menimbulkan gesekan yang menyebabkan keretakan hubungan bila tidak dimanage dengan baik. Hal ini rentan terjadi mengingat masing-masing pemeluk agama mempunyai klaim atas tafsir kebenaran agamanya, bahkan klaim kebenaran atas tafsir agama tersebut juga terjadi di dalam kelompok-kelompok yang ada dalam suatu agama.
Karena itu, permasalahan yang harus dipecahkan adalah How to manage diversity (bagaimana memanage keberagaman). Salah satu solusi program yang ditawarkan adalah dengan mengadakan School Religious Culture (SRC) Moderasi Beragama. Sekolah yang berbudaya agama yang toleran, damai, dan harmonis antar umat beragama.
Hal ini disampaikan oleh Pengawas PAI Kemenag Sampang Syamsul Arif saat melakukan pendampingan di SMAN 1 Ketapang Sampang, Kamis (05/09/2024).
Menurut Syamsul Atif, program Sekolah berbudaya Agama subtansi utamanya adalah membentuk peserta didik yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Ssementera Sekolah Moderasi memastikan semua warga sekolah perilaku dalam beragama bersifat moderat yang menginternalisasi 4 pilar moderasi yakni; komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi dan adaptif terhadap budaya lokal.
“ Untuk itu kami mendampingi dan ingin memastikan program program itu berjalan di SMAN 1 Ketapang “ ucapnya.
Kepalan SMAN 1 Ketapang, Sulaiman menerangkan bahwa pihaknya sudah melaksanakan aneka kegiatan sebagai bnetiuk implementasi dari program SBR dan SMB. Diantaranya; Kajian taklimul mutaallim berbahasa Madura sebagai konsekwensi perbaduan program SBR dan SMB adaptif budaya lokal, senandung pagi, istighosah jum’at dan program tahfid
“ Untuk kegiatan SMB yakni pemilihan ketua osis secara demokrasi, deklarasi sekolah anti bullying, ketertiban upacara dan masih banyak lagi “ lanjutnya.
Ia menuturkan Kegiatan-kegiatan tersebut semuanya subtansi tujuan utamanya adalah membentuk pribadi peserta didik yang berakhlakul karimah dan berperilaku moderat
"Kami ingin mencetak siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak yang baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial," tutupnya. (Humas)